Mulai dari Tumbler Berakhir dengan Bumi Tersenyum
Halo teman-teman, sebelum masuk ke isi artikelnya. Ada satu film dokumenter yang mimin ingin rujukkan nih ke kalian. Judul film dokumenternya bernama Before The Flood, buatan National Geographic dan film ini juga yang menjadi inspirasi untuk penulisan artikel ini. Singkatnya, dalam film ini kita dibawa melihat fakta2 secara langsung perubahan iklim atau lingkungan yang sedang terjadi di 5 kontinen benua di dunia.
Seperti misal fakta yang disampaikan dalam film itu, masih banyak pembakaran di hutan sawit sumatera yang dilegalkan pemerintah, es yang semakin mencair di greenland dan kutub utara, dan sampah plastik yang membludak di laut dan membuat banjir di lingkungan perumahan..
Dan yang disampaikan dalam film before the flood memang benar. Di Indonesia sendiri, 4,82 milyar botol plastik/tahun dihasilkan. Dalam penelitian Earth Hour Indonesia menunjukkan bahwa penguraian sampah botol plastik membutuhkan waktu selama 450 tahun untuk benar-benar terurai. Belum lagi sampah botol plastik yang terbuang dan menumpuk di laut yang jika terurai akan menjadi mikroplastik yang dimakan ikan dan kita makan hehehe.
Sebenarnya jika kita searching di google tentang cara-cara membantu lingkungan, pasti ada banyak sekali, mulai dari ikut komunitas pembersihan sampah di pantai, atau edukasi lingkungan, makan vegan, mengurangi penggunaan AC, memakai pengelolaan limbah sampah/air wc menjadi air untuk AC atau toilet seperti yang dilakukan di UMN, menggunakan kapal yang menyerok sampah di laut kemudian sampah tersebut didaur ulang. Banyak banget lah intinya mulai dari skala kecil hingga besar.
Lalu bagaimana? Beberapa pihak seperti pekerja di industri air minum kemasan mungkin menghasilkan uang dari produknya, tetapi itu sangat kecil jika dibandingkan dengan biaya produksi dan penjualan air minum dalam kemasan. Sedangkan bagi konsumen seperti kita, pasti kita menganggap kalau menggunakan kemasan botol plastik itu lebih praktis karena mudah didapatkan dan bisa langsung dibuang jika air minumnya sudah habis. Ditambah dengan harga air minum dalam kemasan yang tidak mahal membuat kita semakin sering membeli dan secara tidak langsung kita menambah limbah plastik.
Botol air minum yang sejatinya membantu kita dalam mengusir dahaga ternyata memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan. Nah, sebagai salah satu solusinya kita dapat membawa botol air minum atau tumbler sendiri yang dapat digunakan secara berulang. Selain membantu menjaga lingkungan, kita juga bisa lebih hemat karena tidak harus beli air minum kemasan.
Botol minum tumbler juga dapat digunakan sebagai souvenir perusahaan yang bermanfaat. Selain bisa menghemat uang untuk membeli minuman di luar, membawa tumbler sendiri juga salah satu cara mengampanyekan pengurangan limbah plastik.salah satu cara simpel dan mudah yang bisa kita semua lakukan untuk ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan. Botol minum tumbler seperti tupperware, atau lock&lock, atau merk botol minum tumbler lainnya. Yang penting bisa digunakan untuk isi air minum lagi. Simpel kan ya? Untuk harganya juga ga mahal banget. Sekisar 10 rb — 50 rb, bisa kalian pakai terus.
Bayangkan saja misal 50% dari total populasi di Indonesia menggunakan botol minum yang bisa didaur ulang, bisa mengurangi 2,41 milyar botol plastik yang dihasilkan per tahun. Mungkin terlalu jauh angan-angannya, bayangkan saja misal di satu kampus kalian pakai botol minum tidak sekali pakai. Sudah mengurangi berapa banyak penggunaan botol plastik.
Dari film Before The Flood ada satu tema yang kurang mengenakkan untuk campaign pengurangan sampah plastik atau pelestarian lingkungan di dunia. Satu tema itu, permasalahan lingkungan seringkali bersilangan dengan ekonomi/bisnis, dan politik. Contoh saja, di hutan sawit di Sumatra yang dilegalkan untuk dibakar guna ditanami sawit, hal itu dilegalkan karena sawit menjadi pasokan supply minyak masak di Indonesia. Contoh lain, di Miami permasalaha daerahnya yang sudah terendam air aslinya sering ditutup-tutupi oleh pemerintah daerahnya karena image daerah Miami takut akan terdampak buruk untuk segi politik dan bisnisnya ke investor dari luar. (Miami belum karena ada pompa air masif & penaikan jalan terus menerus).
Oleh karena itu melansir dari beritajatim.com, salah satu upaya untuk bisa mengurangi sampah plastik yang dihasilkan tapi dapat bermanfaat juga dari segi bisnis adalah penerapan ekonomi sirkular. Singkatnya ekonomi sirkular ini memfokuskan pembangunan ekonomi yang dapat memberi dampak positif pada sosial dan lingkungan.
Contoh, pernah tidak kalian membeli air dalam kemasan galon yang bisa diisi ulang atau membeli gas dalam tabung elpiji. Setelah produk berupa air dan gas habis, maka konsumen akan mengembalikan galon/tabung tersebut untuk diisi lagi oleh perusahaan. Dalam proses ini, tidak ada sampah kemasan yang dihasilkan. Dengan demikian, air minum dalam kemasan galon lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan air minum dalam kemasan botol. Begitu juga dengan tabung gas elpiji yang bisa diisi kembali dengan gas elpiji yang baru.
Dunia ini ingin menjadi hijau, tetapi hal itu sulit terjadi kalau kita tidak bisa menghindari kerugian kecil. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mewujudkannya. Semua faktor ini saling berhubungan dalam beberapa cara dan berkontribusi pada kematian Bumi. Cara-cara yang sudah dibicarakan diatas mungkin tidak memiliki dampak yang besar di masa sekarang atau saat ini juga, tetapi perlahan tapi pasti seperti, jika kita menggunakan botol minum tumbler ketimbang kemasan botol plastik. Kita secara sengaja sudah ikut ambil bagian dalam pelestarian lingkungan bagi dunia dan bumi kita di masa depan.